Manajemen Waktu Kuliah dan Organisasi
Seorang mahasiswa akan memperoleh nilai tambah, jika
ia tidak hanya sibuk dengan nilai akademis tetapi juga aktif
berorganisasi. Mengapa dikatakan nilai tambah? Karena dengan
berorganisasi, ia bakal terbiasa bekerjasama dengan orang lain (work
as a team), memiliki jiwa kepemimpinan (work as a leader),
terbiasa bekerja dengan manajemen (work with management). Di
masa depan, skill tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia yang
sebenarnya. Tetapi kadang seorang mahasiswa aktivis organisasi menemui
kendala dalam membagi waktu antara kuliah dan organisasi. Ada beberapa
tips yang dapat diterapkan:
1. Tentukan atau renungi kembali visi hidupmu
Visi adalah pandangan ke depan yang menggambarkan jadi apa kamu
kelak. Misi adalah hal-hal yang dilakukan untuk mencapai visi. Visi
adalah jawaban atas pertanyaan,
“Apa yang paling penting bagimu?”, “Apa yang memberi makna dalam
hidupmu?”, “Kamu ingin jadi apa dan apa yang ingin kamu lakukan dalam
hidupmu?” Jadi, bila visimu adalah “Mahasiswa Plus”, memang seharusnya
kamu merencanakan dan mengatur segalanya
2. Aturlah hal-hal berikut:
a. Waktu.
Biasakan memenej perencanaan waktu. Buatlah jadwal kuliah dan
kegiatan organisasi dalam satu timeline yang detail – baik hari, jam,
dan tempatnya. Kamu bisa menulisnya di ponsel atau di buku agenda.
b. Prioritas
• Kuadran I:
Dahulukan yang penting dan mendesak, yaitu: krisis-krisis, pekerjaan
–pekerjaan yang memiliki deadline, sakit atau kecelakaan- dan harus
segera ke dokter, dsb.
• Kuadran II:
Penting tapi tidak mendesak. Ini adalah kuadran kualitas. Perencanaan
jangka panjang, mengantisipasi dan menanggulangi masalah-masalah,
memberi wewenang pada orang lain, memperluas cakrawala berpikir (membaca
buku, surfing internet), membangun hubungan sosial (menengok orang
sakit, menghadiri undangan perkawinan, dll).
• Kuadran III:
Bayang-bayang dari Kuadran I. Kuadran ini seesungguhnya, tidak
penting tetapi kadang penting lagi mendesak. Kuadran III adalah kuadran
tipuan. Jangan salah nilai! Kita kerap mengira aktivitas tertentu adalah
aktivitas Kuadran I yang mana kadang terlihat mendesak, padahal tidak
(telepon yang berdering, bunyi sms, kunjungan tamu dadakan). Kalaupun
penting, mungkin bagi orang lain – but might be not for you.
• Kuadran IV:
Kuadran pemborosan. Ini terjadi karena kita sering
terjebak pada Kuadran I dan III sehingga kita sering melarikan diri ke
Kuadran IV untuk bertahan; nonton TV/VCD/main game hingga kecanduan,
membaca novel picisan hingga “muak”, ngerumpi tanpa batas.
Cobalah senantiasa mencermati prioritasmu dan usahakan selalu berada
di Kuadran II dan sekali di Kuadran I –jika memang sangat mendesak.
Jangan tertipu dan terjebak di Kuadran III dan IV.
c. Komunikasi.
Biasakan bersikap dan berkomunikasi asertif. Contoh: besok, kamu
menghadapi ujian semester. Akan tetapi, kamu juga memiliki agenda rapat
yang – nampaknya-mendesak. Dalam situasi ini, kamu harus berani
mengatakan tidak –tapi tetap dalam koridor kesantunan. Ujian semester
adalah Kuadran I, sedangkan rapat organisasi, boleh jadi, penting bagi
orang lain, tapi mungkin tidak bagimu. Rapat bisa diganti waktu lain,
namun ujian semester tidak bisa.
d. Jangan menunda pekerjaan.
Menunda pekerjaan adalah kebiasaan buruk dan tidak bertanggungjawab
yang menyebabkan kita kerap terjebak pada Kuadran I secara membabibuta.
Kita bisa tiba-tiba merasa semua pekerjaan pada deadline-nya. Padahal
jika kita terbiasa mencicil pekerjaan-pekerjaan yang diamanahkan atau
dibebankan pada kita, tidak akan berakhir sedemikian naasnya.
Biasakanlah setiap hari: membaca kembali kuliah yang diberikan dosen,
meringkas buku diktat kuliah, merencanakan kegiatan setiap hari. Meski
terasa berat di awal, namun kamu bakal memetik hasil yang menyenangkan
di bagian akhir dalam hidupmu, Insya Allah.
Sumber: Annida, No.8/XVII, April 2008
Rubrik Studia bersama psikolog Setiawati Intan Savitri