Kepedulian Mahasiwa Puri DHB terhadap
peranan seorang ibu dalam perjuangannya terhadap masa depan anak-anaknya
khususnya Mahasiswi PURI STIKes DHB, diwujudkan dengan menggelar Mahakarya Puri
Dharma Husada Bandung dalam rangka menyambut Hari Ibu. Acara yang digelar pada
tanggal 29 Desember 2011, di khususkan untuk penampilan persembahan bagi
petinggi kampus dan perwakilan organisasi kampus.

Mahakarya Puri DHB dikemas
melalui sebuah pementasan Drama Musikal yang melibatkan seluruh penghuni asrama
sekitar 120 orang mahasiswi dengan persiapan sekitar 4 bulan, Drama Ini
mengisahkan seorang Mahasiswi yang mengalami konflik dengan orang tuanya karena
setelah lulus masa SMA di haruskan melanjutkan ke Sekolah Tinggi Kesehatan
yaitu kebidanan, dan seterusnya harus berakhir terpisah dengan orang tuanya
karena harus tinggal di asrama. Dari sini lah seluruh penonton yang hadir baru
menyadari karena drama yang dimaksud adalah tentang kisah Mahasiswi Puri DHB yang
harus rela tinggal di Asrama terpisah dari orang tuanya demi menuntut ilmu dan
menjadi manusia yang berguna bagi masyarkat.

Menurut Yusuf Haryasa, Pimpinan Yayasan
Dharma Husada mengatakan kekagumanya dalam sambutanya, “Betapa luarbiasanya
anak-anak kami ini, baru 3 bulan diasrama sudah mampu membuat acara yang hebat
seperti ini”. Selanjutnya menurut beliau ada hal lain yang perlu diperhatikan,
salah satunya adalah nilai sejarah yang tersimpan dalam kegiatan ini, jika
melihat masa lalu menurut beliau peringatan Hari Ibu berlangsung di Bandung
Tahun 1938, dan beliau merasa yakin suatu saat nanti pasti akan lahir seorang
ibu yang yang akan lebih baik lagi bagi bangsa ini.

Disesuaikan dengan prinsip Kampus
DHB yaitu Head, Hand, dan Heart (3H), selanjutnya Yusuf Haryasa mengemukakan
bahwa acara ini pasti tidak akan terlaksana tanpa di dukung Prinsip 3H tersebut,
 dengan IQ dan Intelektual yang tinggi
karena mereka berpikir mulai dari menghitung pendanaan sampai konsep acara dan
itu adalah sesuatu yang bisa di ukur. Kedua, kegiatan ini terjadi karena mereka
bergerak dan yang ketiga yaitu hati. yang menjadi pertanyaan bagai mana
mengukur dengan hati lanjut beliau, dapat kita lihat bagaimana ketika
pelantunan Asmaulhusna yang di lantunkan pada saat pembukaan dimana semua orang
larut sampai sebagian pengunjung yang hadir tak sadar bercucuran airmata
menghayati lantunan asma Allah dan beliau yakin tidak mungkin ini terjadi jika
yang melantunkan tidak memakai hati. Dan inilah kenapa seorang ibu bisa meraih
kesuksesan membesarkan anaknya jawabanya dengan 3 prinsip tadi yaitu Head, Hand
dan Heart.

Drama musikal mahakarya puri dhb
2011, menampilkan berbagai pentasan budaya dan penampilan dinamika pergaulan
anak muda sekarang. terlihat dari berbagai adegan  yang di tampilkan, beragam mahakarya yang
disampaikan menunjukan bahwa begitu kayanya bentuk kreativitas yang ada di Puri
DHB.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Menurut Adri Febrianto, Brand
Manager
 Djie Sam Soe
calon peserta diberikan kebebasan untuk membuat essai tulisan seberapa besar
apresiasi mereka terhadap mahakarya yang ada di Indonesia.

Mahakarya Indonesia yang
dimaksud bisa berupa benda, orang, satu bagian dari karya seseorang yang
berkarya dengan dedikasi dan kerja keras, serta obyek (bangunan, hasil
kerajinan, lanskap dan lain-lain) yang telah dikenal sebagai mahakarya
Indonesia yang menonjolkan keunikan, keragaman dan kebesaran karya di
Indonesia. Tulisan essai ini nantinya akan dinilai oleh tim juri untuk memilih
12 pemenang dimana masing-masing pemenang berhak mengajak satu orang temannya.
“Melalui program ini Dji Sam Soe mengajak perokok dewasa untuk mengapresiasikan
berbagai bentuk mahakarya Indonesia,” katanya.

Ke-12 pemenang nantinya dan
teman-temannya, nantinya akan diajak menjelajahi dan menikmati mahakarya
Indonesia ayng ada di Surabaya dan Pulau Komodo selama lima hari. Di Surabaya
mereka akan diajak melihat kisah sukses Dji Sam Soe yang dirintis dari sebuah
toko kelontong sederhana dan akan mendapat kesempatan mengunjungi House
of Sampoerna
, museum sekaligus salah satu pusat produksi Dji Sam
Soe. Sedangkan di Pulau Komodo, mereka akn diajak untuk melihat keunikan yang
terdapat di pulau yang menjadi salah finalis tujuh keajaiban dunia. Selain itu
juga dapat mengeksplorasi keindahan laut Indonesia dengan kapal phinis, membuat
patung komodo bersama para perajin patung.

Sayangnya, Adri enggan
menyebut anggaran yang digelontorkan untuk program ini. “Kami hanya ingin
menyajikan pengalaman terbaik dalam mengapresiasikan mahakarya Indonesia,”
katanya berkilah. Bahkan Dji Sam Soe menggandeng beberapa seniman yang terbaik
dari bidang art, music, fashion, fotografer seperti Gilang
Ramadhan, Lenny Agustin, Viky Sianipar, Kristupa Saragih dan lain-lain. “Mereka
memiliki semangat dan visi yang sama untuk menghargai mahakarya Indonesia,”
kata Adri.