Kampung……

Apa yang tersirat dipikiranmu jika mendengar daerah itu?

Tempat dimana sulit akses jalan, pendidikan, kesehatan, listrik, sinyal telpon seluler dan internet yang tidak mungkin ditemukan… ataukah yang tersirat kampung adalah tempat yang paling tepat dijadikan pilihan untuk berlibur karena udara yang sejuk dengan pemandangan alam yang memukau?

Lalu…. Apa itu mengabdi?…

Mengabdi adalah kata yang mudah diucapkan namun sulit untuk dilakukan. Kenapa mudah? Dan kenapa sulit? Gampang saja… sering kita mendengar orang-orang berkata “aku akan mengabdi/ aku siap mengabdi/ aku telah menjalankan pengabdian”. Bagaimana?… mudah bukan?…. Tapi kata pengabdian ini akan terasa sulit jika kita dihadapkan dengan beberapa masalah seperti: tempat pengabdian yang  menyulitkan orang yang akan mengabdi, kesungguhan selama pengabdian, banyaknya tekanan dalam hidup seseorang yang menjadi relawan untuk hidup mengabdi di suatu tempat, dan lainnya yang dapat di jadikan alasan betapa sulitnya melakukan pengabdian yang bersih tanpa unsur politik.

Jelas, semua itu akan tersirat secara berbeda dimasing-masing hati seseorang.

Kamu tahu apa yang aku rasakan saat berada disini? Ya,,, kenyamanan…. rasa yang aku dapatkan ketika aku sudah beberapa hari berada di kampung ini, kampung Palintang desa Cipanjalu. Keadaan warga di sini mengingatkan aku pada sekomplotan semut-semut kecil yang sedang membangun rumah tempat tinggal mereka, selalu bersama, gotongroyong, dan penuh semangat. Semut mencerminkan tidak adanya rasa sombong dan egois dalam kehidupan mereka. Nyatanya setiap bertemu dengan semut lainnya, mereka pasti saling menyapa, melakukan salam hingga cipika cipki… menakjubkan bukan?! J

Lalu… apa hubungannya semut dengan kampung? Apakah benar ada hubungannya?!

Jelas, ada!…

Di perkampungan, tidak jarang ditemukan kehidupan masyarakat yang saling membantu satu sama lain, saling menyapa, saling mengenal satu sama lain hingga mengenal seluruh orang satu kampung, hidup rukun, dan lainnya yang tidak mungkin aku tuliskan semua karena tidak mungkin cukup satu paragraf… J

Tidak sedikit anak-anak usia sekolah dasar membantu orang tuanya bertani, mencari rumput untuk ternak, dan melakukan hal-hal lain yang biasanya dilakukan orang dewasa. “Hebat!!…” aku teriakkan dalam hati karena mengingat pagi hari mereka harus belajar di sekolah dan mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan gurunya. Lebih hebatnya lagi, lansia juga tidak mau kalah ternyata!!! Mereka masih mampu melakukan pekerjaan yang harusnya dikerjakan oleh orang-orang yang berusia kurang dari 50 tahun. Lansia-lansia ini masih mampu mengangkat beban yang beratnya mencapai ±30 Kg dan menempuh jarak puluhan kilo meter dengan berjalan kaki.

“Subhannallah” (aku bilang dalam hati sambil menggelengkan kepala) benar-benar tidak boleh kalah dengan semangat yang mereka miliki. Betapa bahagianya aku jika dapat membantu dan memenuhi apa yang di butuhkan masyarakat ini,  mengenal lebih dekat pribadi mereka, menemukan solusi-solusi untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, dan banyak lagi yang lainnya (tidak aku sebutkan semua karena beberapa masih terpendam dalam pikiranku.

Aku akui, memang… sebelumnya aku sama sekali belum menyadari nilai-nilai moral yang terdapat di sini. Hingga akhirnya seiring dengan berjalannya waktu, aku merasakan betapa termotivasinya aku untuk terus bertahan menjalani hidup sebagai relawan, mengabdi melakukan hal yang bisa aku lakukan dengan bekal teori, pengalaman, organisasi, dan kesabaran hati.

Banyak sekali yang aku dapatkan semenjak aku tinggal di sini. Walaupun aku terkadang mengeluh karena susah sekali mendapatkan sinyal telpon selular (sebenarnya bukan hanya ini saja yang kerap aku keluhkan :lol:, tapi hal itu tidak menjadi hambatan yang besar untukku. Di sini, aku merasa mendapatkan semangat juang yang menggebu-gebu untuk melakukan hal-hal yang bisa aku lakukan di kampung ini demi meraih kebahagian nurani. Dan juga, aku ingin memaknai arti hidup dengan apa yang dapat aku lakukan dan aku berikan untuk lingkunganku saat ini.

Hal yang membuatku tetap melanjutkan pengabdian ini adalah tantangan yang aku buat dalam benakku sendiri. Belum dapat aku ungkapkan spesifikasinya…. namun, apa yang aku jalani saat ini adalah suatu hal yang harus aku hadapi. Perjuangan dalam melakukan pengabdian dapat dilihat dari prosesnya, bukan dari hasilnya. Masa mudaku aku lakukan untuk mengabdi dan menjadi inspirasi bagi mereka yang berjiwa muda serta semangat merah putih.

Ditulis oleh:  Abdi Muda Ita Nurfitria Sari, Alumni Mahasiswa D3 Kebidanan yang sekarang ikut program pemberdayan masyarakat Abdi Muda STIKes DHB  didaerah tertinggal selama Satu Tahun

Dengan judul “Pengabdianku di Desa Palintang”